Pria muda Indonesia sedang mendengarkan berbagai genre musik di kafe dengan visual simbol musik berwarna.
Genre

7 Genre Musik yang Wajib Kamu Coba Biar Nggak Monoton

Kiano Kia 

Pernah nggak sih kamu merasa bosan dengan playlist musik yang itu-itu aja?
Kadang kita muter lagu yang sama berulang kali sampai akhirnya… klik next, next, dan next — tapi tetap aja rasanya monoton. Nah, itu tandanya kamu butuh “udara segar” dalam dunia musik, alias mencoba genre musik lain.

Musik sebenarnya bukan cuma hiburan. Buat sebagian orang, musik itu jadi teman curhat, sumber semangat, bahkan terapi emosi. Tapi masalahnya, banyak orang terjebak di satu genre musik yang sama bertahun-tahun. Mungkin karena nyaman, atau karena nggak tahu harus mulai dari mana buat eksplorasi genre lain. Padahal, dunia musik tuh luas banget — dari pop yang ringan sampai jazz yang kompleks, dari rock yang berapi-api sampai klasik yang menenangkan. Tiap genre punya karakter dan “jiwa” sendiri.

Aku pribadi pernah ngalamin masa di mana kupikir musik cuma soal pop dan love songs. Tapi begitu mulai dengerin jazz dan reggae, pandanganku berubah total. Rasanya kayak nambah warna baru dalam hidup — lebih ekspresif, lebih hidup, dan jujur aja, lebih menyenangkan.

Nah, di artikel ini, kita bakal ngebahas 7 genre musik yang wajib kamu coba biar nggak monoton.
Bukan cuma sekadar list, tapi juga insight menarik dari pengalaman dan sejarah musik yang bisa bikin kamu makin paham karakter tiap genre. Jadi, siap-siap buat perjalanan musik yang seru, karena siapa tahu kamu bakal nemuin genre baru yang bikin kamu jatuh cinta lagi pada musik!


1. Pop – Genre Musik Paling Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari

Kalau ngomongin genre musik, pop itu ibarat “pintu gerbang” dunia musik modern. Semua orang pernah atau sedang menikmati musik pop, entah sadar atau nggak. Dari lagu cinta yang manis, beat catchy di radio, sampai soundtrack film favorit kamu — pop selalu hadir di setiap momen hidup kita.

Ciri khas musik pop itu sederhana: mudah didengar, melodinya gampang diingat, dan liriknya relatable banget. Tema utamanya sering tentang cinta, persahabatan, mimpi, atau kisah hidup sehari-hari. Nggak heran kalau pop jadi genre musik paling populer di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, musisi seperti Tulus, Raisa, atau Mahalini berhasil membawa warna baru dalam dunia pop modern dengan gaya yang khas dan sentuhan lokal yang kuat.

Tapi jangan salah, pop bukan berarti dangkal. Justru, di balik kesederhanaannya, ada seni meramu emosi yang kuat dalam bentuk lagu. Kalau kamu perhatikan, lagu pop yang “kena banget” biasanya punya storytelling yang kuat dan melodi yang bikin nagih. Misalnya, lagu-lagu dari Taylor Swift yang bisa bikin pendengar merasa terhubung karena liriknya jujur dan personal.

Nah, kalau kamu mulai bosan sama pop mainstream, coba deh eksplor sub-genre-nya.
Berikut beberapa rekomendasi menarik:


1.1 Sub-genre Pop yang Lagi Hits

  1. Indie Pop
    Kalau kamu suka musik yang lebih “jujur” dan apa adanya, indie pop bisa jadi pilihan. Musiknya lebih eksperimental, tapi tetap ringan. Banyak band Indonesia seperti Reality Club atau Mocca yang sukses di jalur ini.
  2. Electro Pop
    Gabungan pop dan elemen elektronik, menciptakan vibe futuristik tapi tetap enak didengar. Cocok buat kamu yang suka beat yang bikin semangat tapi nggak terlalu “klub”.
  3. K-Pop
    Siapa sih yang nggak tahu genre musik yang satu ini? K-pop berhasil memadukan pop, hip-hop, dan EDM dalam kemasan visual yang memukau. Tapi di balik gemerlapnya, banyak juga pesan positif dan kreativitas luar biasa di setiap konsepnya.

Menariknya, pop itu fleksibel banget. Kamu bisa menikmati versi yang lembut kayak ballad, atau versi yang enerjik buat ngisi semangat pagi. Kalau kamu pengen mulai eksplor genre musik, pop tetap jadi titik awal terbaik — gampang dicerna, tapi punya banyak variasi buat dijelajahi.


2. Rock – Energi, Emosi, dan Gairah yang Meledak

Kalau pop adalah tentang perasaan lembut, maka rock adalah tentang energi dan ekspresi tanpa batas. Dari dentuman drum, distorsi gitar, sampai vokal yang mengguncang — semua elemen rock dibuat untuk membangkitkan emosi yang paling mentah dari diri manusia.

Rock bukan sekadar genre musik. Ia adalah bentuk pemberontakan, kebebasan, dan identitas. Di era 60-an, rock menjadi simbol perlawanan terhadap sistem dan ekspresi jujur terhadap kehidupan. Nama-nama seperti The Beatles, Led Zeppelin, dan Queen membentuk fondasi besar dalam sejarah musik modern. Dan menariknya, hingga sekarang semangat itu masih hidup di berbagai generasi.

Yang bikin rock istimewa adalah rasa “hidup” dalam setiap nadanya. Ada semacam energi yang menular. Begitu gitar mulai meraung dan drum menghentak, tubuhmu langsung ikut bergerak. Banyak orang bilang, mendengarkan rock itu seperti terapi — membantu melepaskan stres dan emosi yang terpendam.

Rock punya banyak sub-genre yang masing-masing punya keunikan sendiri. Kalau kamu suka melodi yang lembut tapi tetap energik, ada soft rock seperti Coldplay atau The Script. Kalau kamu lebih suka yang garang, ada hard rock seperti Guns N’ Roses atau Aerosmith.

Dan buat generasi sekarang, rock mulai berevolusi dengan sentuhan elektronik dan indie, menciptakan warna baru yang lebih modern tapi tetap mempertahankan jiwa aslinya.


2.1 Rock Alternatif & Indie Rock

Rock alternatif adalah versi rock yang lebih eksperimental. Musiknya lebih bebas, nggak selalu patuh pada struktur lagu konvensional. Band seperti Arctic Monkeys atau Muse berhasil membawa rock alternatif ke level baru — lebih edgy, tapi tetap enak didengar.

Sementara itu, indie rock lebih ke arah gaya dan kebebasan berekspresi. Banyak musisi indie rock yang menulis lagu berdasarkan pengalaman pribadi, bukan formula pasar. Contohnya, Efek Rumah Kaca dan Barasuara yang sukses membawa napas baru di kancah musik Indonesia.

Kalau kamu lagi butuh genre musik yang bisa memacu adrenalin, ngerasain semangat hidup, atau sekadar melepas emosi, rock bisa jadi teman terbaikmu. Ia bukan cuma genre, tapi gaya hidup — penuh gairah, emosi, dan kebebasan.

3. Jazz – Musik untuk Jiwa dan Pikiran

Kalau kamu mencari musik yang bisa bikin rileks tapi tetap punya kedalaman, jazz wajib masuk daftar eksplorasi kamu. Banyak orang menganggap jazz sebagai genre musik “berkelas”, padahal sebenarnya jazz itu tentang kebebasan berekspresi.

Bayangin aja: kamu duduk di kafe sore hari, hujan rintik di luar, segelas kopi hangat di tangan, lalu terdengar alunan saxophone yang lembut. Rasanya… tenang banget, kan? Itulah kekuatan jazz — dia menyentuh pikiran dan jiwa sekaligus.

Jazz lahir di Amerika awal abad ke-20, dari perpaduan budaya Afrika dan Eropa. Dari sana, ia berkembang jadi simbol kebebasan musikal. Yang unik dari jazz adalah improvisasi. Musisinya jarang terpaku pada satu pola, mereka bisa bereksperimen sepuasnya di atas panggung. Setiap penampilan jazz bisa terdengar berbeda, bahkan saat memainkan lagu yang sama.

Buat kamu yang belum terlalu akrab dengan jazz, mungkin awalnya terdengar “acak” atau sulit diikuti. Tapi begitu kamu mulai memahami alurnya, kamu bakal sadar bahwa jazz itu seperti percakapan — santai, spontan, tapi tetap terarah.

Selain itu, jazz juga punya efek positif bagi otak. Beberapa studi menunjukkan bahwa mendengarkan jazz bisa meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan bahkan menurunkan stres. Jadi kalau kamu sering bekerja sambil mendengarkan musik, coba tambahkan jazz ke playlist kamu. Siapa tahu kamu jadi lebih fokus dan produktif.


3.1 Sub-genre Jazz yang Mudah Dinikmati Pemula

  1. Smooth Jazz
    Jenis jazz paling “ramah telinga”. Alunannya lembut, melodinya tenang, cocok buat menemani waktu santai. Artis seperti Kenny G atau David Sanborn bisa jadi titik awal yang nyaman.
  2. Jazz Fusion
    Gabungan jazz dan elemen rock, funk, atau elektronik. Lebih energik, cocok buat kamu yang suka musik berisi improvisasi tapi tetap punya groove.
  3. Swing Jazz
    Musik jazz klasik era 1930-an yang terkenal karena iramanya yang bikin kaki pengin ikut ngetap. Lagu-lagu swing punya vibe ceria, jadi cocok buat meningkatkan mood.

Kalau kamu baru mulai, cobalah dengarkan playlist Jazz for Beginners di Spotify. Dari situ kamu bisa pelan-pelan memahami nuansa tiap gaya jazz tanpa harus “ngerti teori musik” dulu. Nikmati aja, karena pada dasarnya, jazz adalah tentang perasaan.


4. Hip-Hop – Suara Jalanan yang Jadi Gaya Hidup

Dari jalanan Bronx sampai ke puncak tangga lagu dunia, hip-hop bukan cuma genre musik — tapi gerakan budaya. Di balik beat-nya yang kuat dan rap yang cepat, hip-hop membawa pesan sosial yang dalam. Ia lahir dari kebutuhan untuk bersuara, untuk mengekspresikan realitas hidup yang keras tapi jujur.

Elemen utama hip-hop terdiri dari empat pilar: DJ-ing, MC-ing (rap), breakdance, dan graffiti art. Dari sinilah hip-hop tumbuh sebagai budaya urban yang mewakili kebebasan berekspresi.

Musik hip-hop punya kekuatan besar: ia mampu bercerita tanpa filter. Banyak lagu hip-hop mengangkat isu tentang keadilan, perjuangan hidup, atau bahkan harapan. Tapi hip-hop juga fleksibel — bisa jadi reflektif, bisa juga cuma buat bersenang-senang.

Yang menarik, hip-hop modern sekarang punya banyak wajah. Ada hip-hop old school seperti Tupac atau Nas yang penuh pesan sosial, dan ada juga new school hip-hop seperti Drake atau Kendrick Lamar yang lebih eksperimental dan melodis.


4.1 Subkultur dan Evolusi Hip-Hop

  1. Old School Hip-Hop
    Ini era klasik hip-hop tahun 80–90-an. Fokus pada lyricism dan pesan sosial. Kalau kamu suka rap dengan makna dalam, ini genre yang wajib kamu coba.
  2. Trap & Modern Hip-Hop
    Lebih fokus ke beat berat dan flow yang santai. Cocok buat kamu yang suka musik buat nge-pump energi atau menemani latihan gym.
  3. Hip-Hop Indonesia
    Di Indonesia, hip-hop berkembang pesat dengan ciri khas lokal. Dari Iwa K sampai Ramengvrl, hip-hop Indonesia membuktikan bahwa rap bisa menjadi wadah ekspresi anak muda dari berbagai latar belakang.

Hip-hop itu lebih dari sekadar musik — ia gaya hidup. Dari cara berpakaian, cara berpikir, sampai cara menyampaikan pendapat, semua bisa jadi bagian dari ekspresi hip-hop. Kalau kamu tipe orang yang suka jujur, blak-blakan, dan punya semangat bebas, genre musik ini bisa jadi wadah sempurna buatmu.


5. EDM – Genre Musik Buat Kamu yang Suka Party

Kalau kamu suka musik yang bikin semangat langsung naik dan tubuh nggak bisa diam, EDM (Electronic Dance Music) wajib kamu coba. Genre musik ini udah jadi simbol kehidupan modern — penuh energi, lampu, dan suasana festival yang meledak-ledak.

EDM pertama kali muncul dari budaya klub Eropa pada 1980-an, lalu berkembang jadi salah satu genre paling populer di dunia. Ciri khasnya? Beat elektronik, drop yang mengguncang, dan melodi yang bikin euforia. Tapi yang menarik, EDM nggak selalu tentang pesta — ada juga sisi emosional yang dalam, tergantung sub-genrenya.

Salah satu hal keren dari EDM adalah kemampuannya menghubungkan orang. Nggak peduli dari mana kamu berasal, saat musiknya mulai, semua orang di lantai dansa jadi satu irama. Energinya luar biasa.


5.1 Sub-genre EDM yang Wajib Dicoba

  1. House
    Beat-nya stabil, ritmis, dan cocok buat kamu yang suka musik buat nge-dance tapi tetap santai.
  2. Trance
    Musik ini bisa dibilang paling “spiritual” di dunia EDM. Dengan melodi panjang dan atmosferik, trance sering bikin pendengar merasa tenang tapi tetap berenergi.
  3. Techno
    Lebih mekanik dan gelap, cocok buat kamu yang suka vibe futuristik dan eksperimental.

Kalau kamu belum pernah mendengar EDM selain dari TikTok atau festival, coba mulai dari nama-nama seperti Martin Garrix, Zedd, atau Alan Walker. Mereka punya lagu yang bukan cuma buat berpesta, tapi juga penuh emosi dan makna.

Yang jelas, EDM itu bukti bahwa genre musik bisa jadi jembatan antar manusia — lewat getaran, ritme, dan energi yang sama.

6. Reggae – Irama Santai dari Pulau Tropis

Kalau kamu pengin musik yang bisa bikin hati adem, tapi tetap punya pesan kuat, reggae wajib kamu coba. Genre musik ini lahir di Jamaika, dan identik banget dengan getaran positif, kedamaian, serta kebebasan.

Coba deh putar lagu Bob Marley — “Three Little Birds” misalnya — langsung terasa auranya: santai, hangat, tapi bermakna. Itulah kekuatan reggae. Ia mengajakmu untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk hidup, menarik napas panjang, dan menikmati ritme kehidupan dengan lebih tenang.

Ciri khas reggae ada di ketukan ritmenya yang “offbeat” — alias hentakan pada ketukan kedua dan keempat, bukan pertama seperti musik pada umumnya. Hasilnya, musik reggae punya groove yang bikin kepala otomatis bergoyang pelan.

Tapi jangan salah, di balik irama santainya, reggae sering membawa pesan sosial yang kuat: perdamaian, kesetaraan, dan cinta universal. Di era sekarang, pesan-pesan itu justru terasa semakin relevan.

Di Indonesia, pengaruh reggae juga besar banget. Band seperti Steven & Coconut Treez atau Ras Muhammad berhasil membawa semangat reggae ke tanah air dengan sentuhan lokal. Musik mereka bukan cuma menghibur, tapi juga menenangkan — kayak liburan singkat ke pantai.


6.1 Modern Reggae & Ska

Sekarang, reggae berkembang ke arah yang lebih modern. Banyak musisi memadukannya dengan pop, hip-hop, atau funk. Hasilnya? Musik yang tetap chill tapi lebih segar.

Ada juga ska, sub-genre reggae yang lebih cepat dan penuh semangat. Musiknya bikin kaki pengin lompat-lompat! Cocok buat kamu yang suka vibe ceria dan positif.

Kalau kamu ingin menjauh sebentar dari hiruk pikuk kehidupan, dengerin reggae bisa jadi bentuk meditasi ringan. Biarkan ritmenya membawa kamu ke suasana santai, bahkan saat kamu lagi di tengah kemacetan Jakarta.


7. Klasik – Genre Musik Abadi yang Menenangkan

Sekarang, mari kita ngomongin sesuatu yang sering disalahpahami: musik klasik.
Banyak orang mengira musik klasik itu membosankan atau cuma buat orang tua. Padahal, musik klasik adalah pondasi dari hampir semua genre musik modern yang kamu dengar hari ini — dari pop sampai film score.

Musik klasik punya kekuatan luar biasa: ia bisa menenangkan pikiran, meningkatkan fokus, bahkan memperbaiki suasana hati. Coba dengarkan karya Beethoven atau Mozart di pagi hari; rasanya kayak otakmu diajak “stretching” lembut sebelum mulai aktivitas.

Selain itu, musik klasik juga terbukti punya efek positif secara ilmiah. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik klasik dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan daya ingat, dan membantu tidur lebih nyenyak.

Dan kabar baiknya, kamu nggak perlu jadi penikmat musik “serius” buat menikmati klasik. Banyak karya yang ringan dan mudah dinikmati, seperti “Canon in D” karya Pachelbel atau “Clair de Lune” karya Debussy.

Mau belajar lebih banyak soal dunia digital dan kreativitas online? Yuk, mampir ke LetsGetSundried — banyak insight keren yang bisa kamu pelajari di sana!


7.1 Musik Orkestra Modern & Film Score

Buat kamu yang belum terbiasa dengan musik klasik tradisional, mulai aja dari film score.
Musik orkestra modern seperti karya Hans Zimmer atau John Williams sebenarnya berakar dari tradisi klasik, tapi dikemas dengan nuansa yang lebih emosional dan sinematik.

Coba dengarkan soundtrack film seperti Interstellar, Inception, atau Harry Potter. Setiap notanya mampu membawa kamu ke dunia lain. Di situ kamu bakal sadar: musik klasik bukan cuma masa lalu, tapi juga masa depan — karena dari sanalah semua genre musik modern berakar.


Tips Eksplorasi Genre Musik Baru

Sekarang setelah kamu tahu 7 genre musik yang wajib kamu coba, mungkin kamu bingung, “Mulai dari mana, ya?”
Tenang, berikut beberapa tips simpel tapi efektif untuk memperluas selera musik kamu:

  1. Gunakan Playlist Tematik.
    Platform seperti Spotify dan YouTube punya playlist “Discover Weekly” atau “Radio” yang disusun berdasarkan preferensimu. Coba dengerin playlist yang berbeda tiap minggu.
  2. Ikuti Festival Musik Lintas Genre.
    Di Indonesia, banyak festival seperti Java Jazz, Soundrenaline, atau Synchronize Fest yang menghadirkan berbagai genre musik dalam satu acara. Di sana, kamu bisa nemuin genre yang belum pernah kamu dengar sebelumnya.
  3. Catat Lagu yang Bikin Kamu Penasaran.
    Kadang, lagu yang awalnya kamu kira “nggak cocok” justru tumbuh jadi favorit setelah didengar beberapa kali.
  4. Dengarkan Musik di Waktu yang Berbeda.
    Suasana hati memengaruhi cara kita menikmati musik. Lagu jazz yang terdengar biasa aja di pagi hari bisa terasa magis di malam hari.
  5. Buka Pikiran dan Jangan Takut Keluar dari Zona Nyaman.
    Selera musik bukan hal yang tetap. Ia bisa tumbuh, berubah, dan berkembang seiring kamu bereksperimen.

Semakin kamu eksplorasi, semakin kamu memahami bahwa musik itu bukan cuma suara — tapi bahasa universal yang bisa menyentuh siapa pun.


Kesimpulan

Musik adalah cerminan hidup. Kadang tenang, kadang berisik, tapi selalu bermakna.
Kalau selama ini kamu cuma mendengarkan satu genre musik, mungkin inilah saatnya membuka diri. Dunia musik itu luas dan penuh warna — dari pop yang ringan, rock yang membakar semangat, jazz yang elegan, hip-hop yang jujur, EDM yang energik, reggae yang damai, sampai klasik yang menenangkan.

Jadi, jangan biarkan hidupmu monoton karena playlist yang itu-itu aja.
Coba, dengarkan, rasakan, dan nikmati perjalanan musikalmu sendiri. Siapa tahu, di antara 7 genre tadi, ada satu yang bisa bikin kamu jatuh cinta lagi pada musik.


FAQ

1. Apa genre musik yang paling mudah diterima semua orang?
Biasanya pop dan jazz. Pop karena melodinya mudah diingat, dan jazz karena suasananya menenangkan.

2. Bagaimana cara menemukan genre musik yang cocok buatku?
Coba dengarkan beberapa genre secara acak. Perhatikan lagu mana yang bikin kamu tersenyum atau reflektif — itu biasanya genre yang cocok untukmu.

3. Apakah genre musik bisa memengaruhi mood seseorang?
Tentu. Musik punya pengaruh besar terhadap emosi dan energi. Lagu upbeat bisa meningkatkan semangat, sedangkan lagu klasik bisa menenangkan.

4. Kenapa penting mendengarkan genre musik berbeda-beda?
Karena dengan mengeksplorasi berbagai genre, kamu memperluas perspektif, menstimulasi kreativitas, dan memahami berbagai budaya musik.

5. Apakah selera musik bisa berubah seiring waktu?
Bisa banget! Selera musik tumbuh bersama pengalaman hidupmu. Lagu yang dulu terasa biasa bisa jadi sangat berarti di waktu yang berbeda.

Baca juga artikel terkait

Baca juga: 10 Gaya Artis yang Selalu Jadi Sorotan di Red Carpet

Recommended Posts